Penulisan Koyoharu Gotouge di Demon Slayer

Gw jarang suka atau simpati sama main character cowok di anime shonen. Naruto? Luffy? Nope.

Anyway, baru-baru ini gw mulai nonton Demon Slayer (Kimetsu no Yaiba) demi bisa ngejar nonton movie terbarunya di bioskop. Sungguh pengalaman menonton yang dragging di beberapa episode awal, apalagi trope yang nampak sekilas terasa terlalu klise macam "aku ingin menjadi lebih kuat agar bisa melindungimu".

Tanjiro and Nezuko

Setelah lewat beberapa episode, gw mulai menyadari bahwa Tanjiro beda dari kebanyakan tokoh utama shonen. Dia itu bisa dibilang "green flag" (atau malah green forest). Dia berempati tinggi, gak suka konfrontasi kecuali perlu, dan cerdas secara emosional. IMO, Tanjiro adalah perwujudan sosok cowok ideal di mata cewek. Dan belakangan gw sadar kenapa: Demon Slayer ditulis sama Koyoharu Gotouge, seorang perempuan. Dan itu menurut gw kelihatan banget di pendalaman karakter-karakternya. (I'm a male btw)

Koyoharu Gotouge and characters she made

Entertainment District Arc

Tengen Uzui itu poligami. Bininya tiga cuy! Dan kalau ini karakter di anime shonen biasa yang ditulis cowok, udah kebayang lah bakal dijadiin comedy relief dengan joke-joke mesum.

Tengen Uzui and Wives

Tapi Gotouge nggak. Tengen ditulis sebagai lelaki yang sangat respectful dan protektif ke istri-istrinya. Hubungannya legitimate, bukan fan service. Istri-istrinya juga bukan cuma jadi properti atau aksesoris, mereka punya karakter sendiri sebagai kunoichi.

Entertainment District arc ini surprisingly mature. Bayangin: arc berlatar di red-light district (area lokalisasi/prostitusi)... di anime shonen, yang jelas target pasarnya adalah cowok-cowok. Kalau Naruto dan Jiraiya di posisi itu, udah kebayang lah bakal gimana kelakuannya 🙄

Tapi, di Demon Slayer? Arc ini ditulis dengan respect terhadap para pekerja seks di sana sebagai manusia, bukan objek. Bahkan fakta Yoshiwara sebagai daerah prostitusi imo tidak terlalu gamblang dijadikan fokus cerita, which is good. Paling parah "fan service" di arc ini cuma *oppai* istri-istrinya Tengen sih.

Bukan berarti Gotouge anti-sensualitas atau sok suci. Menurut gw dia cuma tahu kapan dan gimana melakukannya dengan konteks yang tepat. Bukan cuma buat lelucon murahan dan seksis doang.

Kanroji Mitsuri

First impression gw tentang Mitsuri: annoying banget. Berisik, menyebalkan, dan seriusan nih, dia masuk Demon Slayer Corps dan jadi Hashira demi bisa nikah?

Kanroji Mitsuri eats

Tapi backstory-nya bikin gw mikir ulang. Mitsuri itu nafsu makannya super dan juga sangat kuat secara fisik. Tapi masyarakat bilang cewek kayak gitu gak "nikahable", gak sesuai sama tuntutan sosial terhadap cewek yang layak dijadikan istri. Jadi dia sembunyiin semuanya, bahkan mengecat rambut pink-hijau nyentriknya jadi hitam demi diterima calon suami. Spoiler: tetep ditolak.

Yang gw appreciate: Gotouge gak bikin Mitsuri langsung jadi kayak stereotype "strong independent woman". Dia tetep pengen nikah, tetep feminin, tetep suka hal-hal yang "girly". Tapi sekarang dia gak nyembunyiin kekuatannya lagi. Dia bisa jadi keduanya, kuat dan feminin tanpa harus memilih salah satu. Dan mungkin bergabung di Demon Slayer Corps adalah salah satu caranya untuk menemukan orang-orang yang menghargai kekuatannya.

Itu nuansa yang jarang gw liat di shonen yang ditulis cowok. Biasanya cewek kuat harus tomboy atau dingin kayak gunung es, atau kalau feminin berarti lemah.


Gw bukan bilang semua karya penulis perempuan otomatis lebih baik, atau semua penulis laki-laki bikin karakter yang toxic. Tapi di kasus ini, perspektif Gotouge ngebuat Demon Slayer terasa berbeda dari shonen lain yang gw pernah tonton.

Dan itu cukup buat gw yang biasanya males sama anime shonen, mantengin Netflix di sela-sela kesibukan buat nonton. Semoga masih sempat terkejar sebelum nonton Infinity Castle di bioskop :D